Tips Memulai Usaha Makanan Online dan Offline
By
Fakhri Zahir
Updated On
Salah satu bisnis yang banyak digeluti baik oleh pebisnis pemula, anak muda, hingga pebisnis yang berpengalaman adalah bisnis makanan. Alasannya sederhana saja, karena bisnis makanan seolah tidak pernah mati dan terus berkembang.
Bisnis makanan tidak akan pernah mati karena memang makanan merupakan kebutuhan primer dari setiap manusia. Selain itu semakin majunya zaman, semakin kreatif orang, semakin banyak variasi terhadap makanan.
Karena itulah banyak orang yang berbisnis makanan, dan kemungkinan besar tidak akan pernah kalah. Karena permintaan makanan setiap harinya akan terus meningkat, apalagi dalam jangka waktu yang lama.
Permasalahannya saat ini adalah bagi yang ingin memulai, apakah kalian harus memulai usaha makanan online ataupun usaha makanan offline? Nah tenang saja karena kami akan berikan tips memulai usaha makanan online dan offline.
Baca Juga: Artikel spesial buat kamu yang mau bisnis franchise
Tips Usaha Makanan Online dan Offline Secara Umum
Sebelum kita membandingkan untung rugi dari sistem berjualan makanan secara online dan offline, kami ingin memberikan kamu beberapa tips yang berlaku baik untuk usaha makanan offline maupun untuk usaha makanan online.
Secara umum tips umum ini terdiri dari:
- Riset
- Branding
- Pemilihan Supplier
- Pelayanan Maksimal
- Inovasi
Untuk lebih lengkapnya mending disimak yuk!
Riset dan Branding, Hal Penting yang Sering Dilupakan
Entah itu berjualan makanan secara online ataupun offline, riset pasar merupakan salah satu hal penting yang tidak boleh kamu lewatkan. Bahkan dalam konteks berbisnis apapun selain berbisnis makanan.
Kamu harus memulai riset dari target pasar makananmu. Mulailah dari demografi calon pembeli makananmu, area penjualan, hingga harga yang diberikan apakah sesuai atau tidak dengan demografi target pasarmu. Terakhir jangan lupa banyak-banyak riset pesaing bisnismu.
Kemudian jangan lupa buat branding yang sesuai dengan barang yang dijual serta target pasarmu. Nah branding disini bukan hanya sesimpel nama brand dan logo brand usaha makananmu loh.
Kamu harus memikirkan mulai dari nama dan logo brand (tentu saja), penyajian makanan, desain tempat makanan, colour scheme, hingga desain toko apabila kamu berjualan makanan secara offline.
Semua harus diperhitungkan dengan cermat dan disesuaikan dengan target pasarmu, kalau tidak bisa-bisa tokomu sepi pembeli. Kita ambil contoh kamu memiliki usaha Nasi Kebuli “murah” dengan target pasar anak-anak SMA.
Kamu yang melakukan branding dengan baik tentu akan memilih nama dan desain brand yang menarik bagi anak-anak SMA. Kemudian kamu pun pasti akan memilih kemasan yang relatif murah namun tetap menarik bagi anak-anak SMA, untuk menekan harga.
Terakhir kamu akan mencari tempat yang dekat dengan lingkungan sekolahan SMA serta dengan desain booth yang disesuaikan sehingga tampak menarik bagi anak-anak SMA tersebut.
Menarik disini konteksnya bukan hanya bagus, namun sesuai. Bayangkan bila kamu membuka booth yang tampak mewah, bisa-bisa para pelajar SMA tersebut enggan masuk ke kedaimu karena khawatir terlalu mahal, padahal yang dijual makanan berharga murah.
Kamu yang belum berpengalaman dalam melakukan branding, kami sarankan untuk mencari mentor sesame pebisnis yang sudah ahli dan berpengalaman dalam branding. Khususnya pebisnis yang bergelut di dunia kuliner.
Pemilihan Supplier yang Tepat Adalah Awal Bisnis Kuliner yang Baik
Kunci penting bisnis kuliner, baik online maupun offline adalah pemilihan supplier. Di awal-awal berbisnis kamu harus rutin berkeliling untuk mencari supplier bahan makanan untuk usaha kulinermu.
Kamu harus mencari supplier yang mampu memberikan bahan mentah dengan segar, namun dengan harga yang relatif murah sehingga bisa meminimalisasi harga jual. Selain itu pilihlah supplier yang fast response dan mau bertanggung jawab.
Supplier yang fast response dan bertanggung jawab akan membantumu apabila kamu mengalami kerusakan bahan makanan, dan kerugian disebabkan kelalaian pemasok bahan makanan.
Kesampingkan dulu ketakutanmu terhadap supplier bahan makanan yang jutek, galak, dan semacamnya. Karena yang terpenting adalah supplier tersebut harus fast response dan bertanggung jawab, ingat itu!
Berikan Pelayanan Maksimal
Pelayanan maksimal disini bukan hanya dari proses penyajian makanan bagi toko offline ataupun proses pengiriman makanan bagi toko online. Melainkan cita rasa dari makanan yang kamu jual.
Namanya juga jual makanan, semakin enak makananmu, tentu semakin banyak orang yang ingin mencoba dan bahkan membeli makananmu berulang-ulang. Nah alasan kedua inilah yang harus kamu kejar.
Kamu harus memiliki target jumlah orang yang akan membeli makananmu berulang-ulang, dengan memberikan pelayanan yang maksimal.
Jangan heran bila di awal pembukaan kedai makananmu, pelangganmu akan membludak. Pelanggan yang membludak ini tidak ada artinya bila tidak ingin membeli makanamu secara berulang-ulang.
Untuk itulah selalu berikan pelayanan yang terbaik, dan sajikan makanan dengan cita rasa terbaik. Tujuannya agar orang ingin terus-terusan membeli makananmu.
Inovasi adalah Kunci
Kembali ke target kita di poin sebelumnya, agar orang-orang terus membeli makananmu berulang-ulang. Tujuan ini rasa-rasanya sulit tercapai bila kamu hanya berfokus pada rasa yang kamu jual.
Memang sih dalam 3-6 bulan mungkin akan ada pelanggan yang hobi membeli makanan yang sama berulang-ulang bila rasa makananmu memang enak. Tapi dalam jangka waktu yang lebih lama? Patut dipertanyakan.
Untuk itulah kamu harus rajin-rajin melakukan inovasi, dengan cara mengikuti trend yang ada dan kemudian memodifikasinya. Atau bahkan kamu bisa membuat trend baru, menciptakan jenis makanan baru yang sesuai dengan tema usaha makananmu.
Terakhir jangan pernah lupa untuk selalu menambahkan jenis makanan maupun minuman yang kamu jual. Bila kamu membuka toko offline dan hanya menjual satu jenis makanan, kamu bisa tetap menambah menu. Caranya adalah menambahkan rasa-rasa yang baru.
Selain itu lakukan evaluasi secara terus menerus, tujuannya adalah agar kamu tahu makanan mana yang paling banyak dibeli dan makanan mana yang paling jarang dibeli. Dengan demikian kamu bisa mengevaluasi menu yang ada.
Jadi Harus Memulai Offline atau Online?
Sekarang, kalau kamu ketik bisnis online vs offline di Google, niscaya kamu akan mendapatkan segudang referensi yang membandingkan jenis dan model bisnis online maupun offline. Tapi apakah bisa diaplikasikan pada usaha makanan?
Memangnya apa saja sih perbedaan model bisnis offline dan online? Secara umum kamu dapat membagi perbedaan model bisnis offline dengan bisnis online menjadi komponen, yakni:
- Modal Usaha
- Pemasaran
- Jenis Makanan yang Dijual
- Waktu Penjualan
- Risiko dan Pendapatan
Biar kamu mengerti, yuk kita bahas satu persatu!
Modal Usaha Makanan Online pasti Lebih Murah?
Pertama-tama ditinjau dari sisi modal usaha, tentu bisnis online memerlukan modal yang jauh lebih murah. Meski demikian berjualan makanan secara online tentu akan membatasi jenis makanan ataupun minuman yang kamu jual.
Kita ambil contoh beberapa bisnis makanan yang sukses dijual secara online misalnya Keripik Pisang Zanana. Pada awalnya sang pemilik berjualan dengan modal minimal karena tidak perlu menyediakan tempat dan terlalu banyak SDM.
Bahkan Gazan, sang pemilik mengaku di awal bisnisnya ia bekerja sendiri sebagai seorang admin, dan banyak berkeliling sendiri untuk mengantarkan makanannya. Ketika mulai dikenal barulah Gazan mulai menambah sumber daya.
Sementara itu kita juga bisa ambil contoh bisnis makanan yang dijual secara offline. Misalnya kamu ingin membuat Ayam Geprek ala-ala, kita ambil contoh saja Pak Gembus yang outletnya tidak terlalu wah.
Untuk membuat bisnis makanan Ayam Geprek ala-ala Pak Gembus saja kamu setidaknya harus mempekerjakan 2-3 orang pegawai, dengan outlet kecil yang harus cukup untuk dapur dan tempat makan.
Modal yang kamu keluarkan bisa saja melebihi angka Rp 15 juta, belum lagi biaya sewa tempat, listrik, dan berbagai biaya yang harus dikeluarkan untuk barang-barang yang habis pakai setiap kali membuka lapak.
Selain itu kamu pun harus memperhitungkan modalmu dengan lebih tepat terkait penyimpanan barang. Mengapa? Karena makanan adalah barang yang bisa membusuk bila kamu menyimpannya terlalu lama.
Saat berjualan secara offline banyak pebisnis makanan yang mengakalinya dengan sistem pre-order. Sistem inilah kemudian yang membuat mereka tidak perlu repot menghitung stok persediaan barang, dan sistem ini pula yang sulit ditiru mereka yang berjualan makanan secara offline.
Kesimpulannya, dari segi modal tentu berjualan makanan online lebih unggul dibandingkan berjualan makanan secara offline.
Pemasaran Online dan Offline Wajib Hukumnya
Bicara soal pemasaran, saat ini nampaknya sulit melepaskan pikiran kita dari sistem online. Apakah itu bisnis makanan ataupun bisnis lainnya, tentu saja pemasaran secara online akan jauh lebih menguntungkan.
Oleh karena itu baik kamu yang memulai usaha makanan secara online ataupun offline, kami tetap menyarankan untuk melakukan pemasaran secara online. Selain lebih murah, cakupannya pun akan lebih luas dan spesifik.
Meski demikian pemasaran secara offline memiliki keunggulan dari sisi impact. Cara pemasaran offline yang paling sering dilakukan oleh pebisnis makanan misalnya dengan sering-sering mengikuti bazaar di domisili mereka usaha.
Apabila makanan ataupun minumanmu memang enak dan dijual dengan harga yang layak, pasti perlahan-lahan nama makananmu akan lebih dikenal dengan cara ini. Tapi kekurangan dari pemasaran offline adalah biaya yang relatif lebih mahal dengan risiko tinggi.
Mengapa risiko tinggi? Pemasaran secara offline bisa kamu lakukan dengan Instagram dan Facebook Ads. Kedua platform ini memungkinkan kamu beriklan kepada target pasar makanan yang spesifik dengan harga yang murah.
Sementara pemasaran online dengan mengikuti bazaar-bazaar membutuhkan perhitungan cermat. Kamu harus memperkirakan pengunjung bazaar tersebut apakah akan sesuai dengan target pasarmu atau tidak. Bila tidak sesuai, siap-siap tokomu sepi pengunjung dan malah nombok untuk bayar sewa tempat!
Kesimpulannya, kamu harus memasarkan makananmu secara offline maupun online terlepas dari sistem penjualanmu. Secara lebih spesifik kamu bisa mengikuti langkah-langkah dibawah ini:
- Buatlah brand yang menarik, apabila memungkinkan gunakanlah jasa desainer brand profesional. Percayalah meski harus keluar banyak uang, tapi dampak yang ditimbulkan dari sana bisa amat besar.
- Buat even-even promosi. Baik kamu yang berjualan makanan secara online ataupun offline hukumnya wajib untuk membuat even promosi. Kamu bisa membuat diskon-diskon menarik yang mengikuti trend yang sedang berjalan. Misalnya ketika di bulan April 2019 ini sedang hits-hitsnya penayangan Avengers Endgame, kamu bisa loh membuat promosi bertajuk “Tunjukin tiket Avengers lo! Dapetin diskon 25% dari kita!” dan promosi-promosi lainnya. Meski sepele, kamu pasti akan merasakan penjualanmu akan meningkat di masa-masa promosi seperti ini. Selain itu jangan terlalu memikirkan margin penjualan yang menipis karena promosi, tapi pikirkanlah seberapa besar promosi ini akan meningkatkan brand awareness mu di masyarakat.
- Online marketing! Di zaman serba online ini pemasaran secara online hukumnya wajib dijalankan. Kamu bisa melakukannya mulai dengan endorse akun-akun berfollower tinggi (dan sesuai dengan target pasarmu tentunya) yang memiliki harga murah, mengendorse influencer bila uangnya sudah mencukupi, dan terakhir bermain facebook advertising. Khusus Facebook Ads kamu wajib belajar dulu karena cukup rumit, dan sayangnya kami tidak mungkin menjelaskannya dari A – Z di dalam artikel ini.
- Promosi secara offline dengan mengikuti acara dan bazaar di domisilimu. Kamu yang tinggal di Bogor misalnya bisa update soal bazaar dan acara-acara yang penuh dengan keramaian untuk mempromosikan brand mu. Sama seperti ketika membuat even promosi, kamu harus melihat biaya sewa booth yang mahal sebagai biaya “iklan” untuk meningkatkan brand awareness
Bagaimana dengan Waktu Penjualan?
Dari sisi waktu berjualan, tentu saja kamu yang berjualan makanan secara offline akan memiliki waktu yang “tidak terbatas”. Karena kamu tidak perlu memikirkan berbagai macam cost.
Kamu yang memiliki kedai offline tentu akan meningkatkan cost harianmu bila menambah waktu penjualan makananmu. Jadi untuk komponen yang satu ini sih pembahasannya kami kira cukup jelas.
Kesimpulannya, dari sisi waktu berjualan maka usaha online lebih unggul daripada usaha makanan offline.
Jenis Produk yang Bisa Dijual
Berjualan makanan secara online memiliki satu keterbatasan yang sulit diantisipasi, yakni jenis produk makanan yang bisa dijual. Kalau kamu lihat rata-rata penjual makanan secara online menjual makanan yang “relatif aman” untuk dikirim kepada pembeli.
Jarang ada penjual kue-kue basah yang mau mengirimkan makanannya ke berbagai tempat untuk dikirimkan. Selain sulit, tentu pengiriman yang terlalu lama akan membuat makanan rusak dan bahkan basi.
Rata-rata pebisnis makanan online yang mampu mengirimkan makanannya ke berbagai tempat hanya menjual snack alias camilan, itupun camilan kering. Karena camilan basah juga memiliki risiko cepat basi.
Selain itu kembali ke poin pertama, dengan modal yang lebih sedikit tentu akan sulit membuat berbagai jenis makanan. Kamu harus memikirkan dapur serta penyediaan stok dan peyimpanan stok barang.
Bagaimana dengan penjual offline? Lagi-lagi kembali ke poin pertama, dengan modal yang cukup besar biasanya mereka sudah mengantisipasi banyak hal. Salah satunya adalah sistem penjualan yang baik.
Sistem penjualan ini mulai dari suplai bahan dasar, dapur, penyimpanan stok makanan, hingga pengiriman makanan (dalam area terbatas). Pebisnis makanan offline nyaris tidak memiliki batasan dalam menjual jenis makanan yang mereka inginkan.
Karena meski ada sebagian penjual makanan offline yang melayani pengiriman, fokus utama bisnis makanan offline tentu saja adalah pelanggan yang makan di tempat. Target akhirnya biasanya meningkatkan angka dine in dan akhirnya buka cabang deh!
Kesimpulannya dari segi jenis makanan yang bisa dijual, usaha makanan offline lebih unggul daripada online.
High Risk High Return, Low Risk Low Return
Istilah ini merupakan istilah yang cukup sering diulan-ulang di dalam dunia bisnis, begitu pula bisnis makanan. Dibandingkan dengan berbagai jenis bisnis lainnya, bisnis maknan memiliki risiko yang lebih tinggi. Dan bila dibandingkan antara bisnis makanan online dan offline, bisnis makanan offline lah yang memiliki risiko lebih tinggi.
Dari segi modal, sistem, hingga cost harian tentu saja bisnis makanan online menuntut pelakunya untuk berbisnis dengan lebih cermat dan lebih berhati-hati karena risikonya yang tinggi.
Oleh karena itulah secara umum penghasilan yang didapatkan dari usaha makanan offline akan lebih besar daripada usaha makanan online, meski tidak seluruhnya. Karena memang ada banyak faktor berpengaruh disini.
Meski demikian hal ini ada benarnya, ambil contoh orang yang selalu berjualan makanan secara offline dan ingin membuka cabang. Bisa saja ia melakukan up scaling dengan menambah platform tempatnya menjual makanan.
Namun secara luas wilayah, bisa jadi ia kesulitan. Apalagi bila yang dijual adalah makanan basah. Mau tak mau ia harus membuka setidaknya gudang atau tempat masak yang baru di tempat ia ingin memperluas bisnisnya.
Apabila di awal ia tidak siap dengan modal dan sistem yang cukup, kemungkinan gagalnya akan menjadi tinggi. Beda halnya dengan orang yang sudah terbiasa melakukan bisnis makanan secara offline.
Ketika di satu tempat pelanggannya sudah mulai membludak dan brand awarenessnya sudah baik, ia bisa dengan lebih mudah membuka cabang. Karena dari segi modal dan sistem ia sudah menyiapkannya dengan baik di awal.
Oleh karena itulah mungkin kamu sering lihat pebisnis makanan online yang akhirnya membuka toko offline mereka. Alasannya? Apalagi kalau bukan pendapatannya yang jauh lebih besar.
Kesimpulannya risiko dan pendapatan dari membuka usaha makanan secara offline lebih besar dibanding usaha maknanan online.
Kesimpulan
Pada dasarnya baik usaha makanan online ataupun usaha makanan offline, keduanya memiliki keuntungan dan kerugiannya masing-masing. Kamu bisa memilih keduanya, asalkan sesuai dengan kondisimu ketika ingin memulai bisnis tersebut.
Semoga kamu bisa memulai bisnis kulinermu ya, dan semoga artikel ini bermanfaat untukmu!