Skip to content

Kebiasaan Sepele yang Bikin Kita Miskin di Hari Tua

featured-img

Menncari uang di era digital merupakan hal yang sangat mudah, percayalah. Kalau kamu tidak percaya maka kamu boleh tanyakan kepada orang tuamu bagaimana susahnya mencari uang di era sebelum era digital.

Saat ini kamu bisa mencari uang di mana saja, apalagi bila menguasai keterampilan digital marketing. Belum lagi kalau kamu punya pendapatan ganda yang berasal dari banyak tempat, mulai dari perdagangan, bisnis, atau bahkan dari portfolio saham yang kamu miliki saat ini.

Kebanyakan orang bisa mencari uang dalam jumlah yang banyak sekalipun. Namun hanya sedikit orang yang mampu mengelola dan ‘mengembangkan’ uang yang mereka punya entah dalam jumlah sedikit ataupun banyak.

Hasil akhirnya? Tentu saja kesulitan keuangan di saat tua. Nah ini dia kebiasaan sepele yang bikin kita miskin saat tua!

Membeli Hal yang Kita Inginkan

apple

Umumnya manusia memang senang membeli barang-barang yang sifatnya tersier dan erat hubungannya dengan gengsi. Namun sayangnya barang-barang tersebut bukanlah barang yang mereka butuhkan, melainkan barang yang mereka inginkan.

Seringkali seseorang membeli barang yang mereka inginkan, dengan uang yang tidak mereka punya (berhutang) untuk membanggakan diri kepada orang-orang yang tidak peduli dengan harta mereka.

Hal-hal semacam ini umumnya melanda anak-anak muda yang baru pertama kali mendapatkan pekerjaan dan mulai bisa membeli barang-barang yang dahulu sulit mereka beli. Wajar, tentu saja! Namun sayangnya kebiasaan buruk ini bisa membuat kamu kesulitan di masa tuamu.

Salah satu cara yang cukup populer untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan three day rule. Cara ini terbukti membantu banyak orang yang kesulitan menahan diri dalam membeli barang-barang tak berguna, dan alih-alih menambah tabungan mereka.

Caranya adalah ketika kamu mendapatkan dorongan untuk membeli barang yang tampaknya tidak kamu butuhkan, tunggulah hingga 3 hari. Bila dalam waktu 3 hari setelah muncul keinginan tersebut kamu masih menginginkan barang itu, maka belilah tanpa rasa bersalah.

Di awal barangkali kamu akan kesulitan menerapkan cara ini, tapi kemudian banyak orang yang menerapkan cara ini mendapatkan kontrol yang lebih penuh terhadap hasrat mereka dalam berbelanja barang-barang yang mereka inginkan.

Inti dari teknik ini adalah melatih kontrol diri sehingga kamu bisa memiliki kemampuan lebih untuk mengatur keuanganmu sendiri. Dengan melatih kontrol diri, pada akhirnya kamulah yang mengatur uang dan bukan uang yang mengaturmu.

Makan Di Luar

makan di luar

Dengan berkembangnya bisnis makanan di Indonesia, kita bisa dengan mudah menemukan tempat-tempat makan dengan harga yang beragam dan rasa serta tampilan yang juga beragam, karena di era Instagram tampilan adalah segalanya bukan?

Apalagi dengan tuntutan hidup yang serba cepat di era digital seperti sekarang ini, banyak orang yang memilih untuk makan di luar dibandingkan harus memasak yang memang nampak cukup rumit.

Padahal setidaknya ada dua alasan penting mengapa makan di luar bukanlah hal yang baik bagi keuangan maupun tubuh kita:

  1. Harga yang harus kamu keluarkan untuk makan masakan seorang chef biasanya cukup mahal dibandingkan bila harus memasak sendiri di rumah. Selain itu waktu yang dihabiskan pun biasanya cukup banyak. Kalau kamu bilang memasak di rumah itu menghabiskan banyak waktu, harusnya kamu berpikir ulang.
  2. Kebanyakan bisnis makanan menggunakan bumbu dan rempah yang lebih banyak dari yang dibutuhkan. Alasannya tentu saja agar masakannya lebih nikmat dan lezat. Tentu saja ini hal yang baik, namun kamu harus tahu bahwa ada beberapa bumbu dan rempah yang tidak bisa dikonsumsi banyak dan terlalu sering, garam dan gula misalnya!

Dengan tidak makan di luar, maka kamu sudah berinvestasi baik dari segi keuangan maupun dari segi kesehatan.

Nah tapi bukan berarti kamu tidak sama sekali makan di luar loh. Karena kamu boleh-boleh saja sesekali makan di luar baik bersama pasangan, teman-teman, ataupun bersama keluarga. Tujuannya? Selain untuk rekreasi tentu saja agar hubunganmu dengan orang lain menjadi lebih dekat!

Meski demikian, bila menurutmu makan di luar bisa lebih murah maka kamu bisa coba untuk menghitung secara lebih detil. Misalnya kamu coba hitung satu bulan penuh makan di luar (baik makananan pinggir jalan ataupun resto di mall), bandingkan bila kamu memasak satu bulan penuh.

Meski agaknya kurang masuk akal, tapi bukan tidak mungkin kamu bisa mendapati kalau makan di luar bisa lebih murah ketimbang masak sendiri. Apalagi misalnya bila setiap kali berbelanja sayur kamu harus menempuh jarak yang cukup jauh, dan faktor lainnya.

Melakukan Refreshing dengan Mahal
alan walker konser

Beberapa orang beranggapan bahwa kamu harus menghabiskan uang semaksimal mungkin untuk menikmati hidup. Kebanyakan dari mereka beranggapan bahwa setelah bekerja keras, mereka layak untuk menghabiskan banyak uang untuk refreshing.

Mulai dari nonoton konser, datang ke pertandingan-pertandingan olahraga (dengan membeli tiket VIP tentu), hingga dengan berlibur ke tempat-tempat yang boleh dibilang cukup mahal bagi mayoritas orang di Indonesia.

Alih-alih menghabiskan waktu dengan cara menikmati alam yang murah, banyak orang merasa harus menghabiskan uang mereka untuk membuat pikiran mereka segar lagi. Banyak orang yang mencari kebahagiaan di tempat-tempat itu.

Padahal seharusnya kamu sadar kalau kebahagiaan itu terletak pada diri Anda sendiri. Hal-hal macam ini bisa meningkat dalam beberapa tahun belakang karena media sosial. Karena di media sosial banyak orang-orang menjalani kehidupan palsu yang menginspirasi orang lain untuk mengikuti jalan hidup mereka.

Lihat saja feed instagram milikmu, kebanyakan kamu bisa melihat teman-temanmu yang misalnya sedang berlibur ke Labuan Bajo di atas kapal mewah, atau membuat story mengenai konser musik yang nyaris tiap minggu ia datangi.

Kalau memang mau mengesampingkan godaan-godaan tersebut, kamu bisa mencari kesenangan di banyak tempat loh. Misalnya kamu bisa mengeksplorasi tempat-tempat rahasia dengan keindahan alam yang jarang dilihat di perkotaan.

Atau bahkan sekadar melakukan short escape dengan backpacking yang tentu akan jauh lebih murah ketimbang Anda menyewa resor-resor mahal di Bali. Idenya adalah dengan me-reset pola pikirmu sehingga bisa bahagia dengan lebih mudah.

Tapi tentu kami juga tidak melarang bila sesekali kamu memang ingin menikmati liburan yang cukup mewah. Tipsnya adalah, berhitung berapa kira-kira tabungan yang kamu butuhkan untuk berlibur dan mulai lah menabung dari nol.

Jadi, jangan pernah menggunakan tabungan yang sudah ada untuk pengeluaran tersier yang cukup mahal. Saran kami carilah sumber dana lainnya, rencanakan sesuai dengan kebutuhanmu untuk berlibur kemudian.

Dengan cara ini, biasanya orang-orang yang kami kenal pun akhirnya menemukan sumber pendapatan pasif lainnya. Karena mereka 'terpaksa' mengumpulkan uang lebih untuk menabung, sehingga otak mereka akan bekerja lebih kerja, dan hasilnya? Produktivitas yang lebih tinggi!

Berhutang

utang

Bukan hanya milenial, kebiasaan berhutang merupakan salah satu kebiasaan yang lazim dilakukan manusia sejak zaman dahulu hingga zaman sekarang. Jawabannya? Tentu saja karena keinginan yang meluap-luap, meski tidak menutup kemungkinan kalau sebagian orang memang butuh.

Tidak bisa dipungkiri kalau ada beberapa orang yang memang benar-benar butuh berhutang, tapi sebenarnya ada beberapa pelajaran penting yang harus kamu pahami sebelum memutuskan untuk berhutang atau kredit:

  1. Hutang memaksa pelakunya mengeluarkan uang lebih dari yang mereka mampu – memang tidak absolut, tapi kebanyakan orang yang hobi berhutang akan cenderung lebih mudah tergoda untuk membeli barang yang mereka inginkan bahkan disaat kondisi keuangan mereka tidak cukup stabil. Alasannya? Tentu saja karena adanya dorongan dari pikirian yang membuat seseorang bahagia ketika membeli suatu barang dengan cara berhutang. Dorongan ini yang kadang menutup fakta bahwa sebenarnya mereka belum cukup mampu membeli barang tersebut.
  2. Menciptakan kebiasaan meminjam kepada diri sendiri di masa depan – ketika kamu menggunakan kartu kredit, pada dasarnya kamu seolah-olah sedang meminjam kepada diri sendiri di masa depan. Bahkan ketika kamu tidak 100% tahu bahwa apakah nantinya kamu akan memiliki uang untuk membayar tagihan-tagihan tersebut.
  3. Membuat batasan dalam menggapai target finansial – salah satu penghambat target financial atau dalam bahasa bekennya financial goals adalah tagihan hutang bulanan yang terus menerus membengkak. Oke bila hanya satu atau dua tagihan, tapi seringnya orang yang berhutang dan menggunakan kartu kredit akan menggunakan kartu kredit tersebut secara mudah. Akibatnya tanpa perhitungan yang jelas mereka akan merasa dibebani tagihan yang mencekik dan membuat mereka sendiri sulit mencapai target keuangan mereka.
  4. Memaksa diri membeli barang sehari-hari dengan berhutang – dalam satu atau dua kasus barangkali berhutang bisa menjadi solusi. Tapi tahukah Anda banyak dari pengguna kartu kredit yang belum cukup bijak sehingga menggunakan kartu kredit mereka. Awalnya barangkali mereka menggunakan kredit untuk kebutuhan tersier seperti laptop flagship, smartphone flaghsip, hingga mobil kedua dan seterusnya. Tapi lama-lama orang-orang yang kurang bijak ini bisa membeli bahkan makanan sehari-hari dengan menggunakan kartu kredit. Alasannya sih rata-rata karena tawaran diskon menggiurkan yang sulit ditolak, nah!
  5. Masalah medis pun muncul – tidak bisa dipungkiri meski bisa hidup bahagia dengan barang-barang mewah yang kamu beli dengan cara kredit, setiap bulannya kamu akan dihantui perasaan cemas karena harus membayar tagihan yang tidak sedikit. Masalah mental ini bisa membuat tubuh memproduksi kortisol yang merupakan hormon stress. Produksi kortisol berlebih nyatanya akan membuat banyak penyakit di dalam tubuh bermunculan. Kesimpulannya sih memang bukan hal yang baik, atau dengan kata lain Anda sedang berinvestasi penyakit di masa mendatang!

Pada akhirnya pilihan untuk berhutang ataupun tidak merupakan pilihan dirimu sendiri. Adapun keduanya tentu saja memiliki keuntungan dan kerugiannya masing-masing. Namun pada akhirnya, diri sendirimu lah yang harus mengaturnya.

Lupa Menabung dengan ‘Benar’

tabungan

Menabung saja tidak cukup untuk kelak menikmati hari tuamu nantinya. Alih-alih, kamu harus bisa menabung uang dengan benar. Dengan benar maksudnya adalah kamu harus bisa menempatkan uang di ‘keranjang’ yang tepat dan bukan hanya menabung di satu tempat.

Tidak menabung merupakan masalah besar tentu saja, tapi menabung di bank saja juga merupakan salah satu masalah yang harus kamu perhatikan. Apalagi bila jumlah tabungan yang kamu miliki tidak terlalu banyak.

Karena meski mendapatkan bunga yang selalu menggiurkan, nilai uang semakin lama tentu akan semakin turun hingga di satu titik di masa depan uang yang telah ditabung dengan susah payah nilainya justru tidak seberapa.

Nah untuk itulah kamu bisa belajar untuk menaruh uang yang kamu miliki di tempat-tempat yang benar. Tapi untuk yang satu ini kami sarankan kamu untuk mencari advisor atau penasihat keuangan profesional ya.

Kamu bisa misalnya menaruh uang di tempat-tempat investasi yang bagus, dan bagi yang muslim pun bisa menempatkan uang yang kamu miliki di tempat-tempat investasi syariah yang terdaftar di MUI. Dengan demikian kamu bisa memastikan ‘perkembangan’ uang yang telah kamu tabung.

Tapi sekali lagi untuk berinvestasi dan bermain-main di dunia ini maka kamu perlu mentor keuangan yang ahli dan tentu saja harus mau belajar dengan giat. Karena tentu dengan menaruh uangmu di instrumen-instrumen investasi berarti siap dengan segala risiko kehilangan yang mungkin ada.

Tampil Kaya

kaya dari muda

Tidak ada salahnya bergaya rapi dan meyakinkan, apalagi bagi kamu yang kerjanya berhadapan dengan banyak orang, tidak bisa dipungkiri kalau penampilan merupakan salah satu modal utama nan penting.

Tapi salah kalau kamu berpikir bahwa rapi sama dengan kaya. Ditambah lagi perkembangan media sosial yang begitu cepatnya di era sekarang membuat banyak anak muda berlomba-lomba tampil kaya di media sosial mereka.

Atau mudahnya sih maka kamu harus bisa membedakan apakah kamu memang benar orang kaya atau hanya pura-pura kaya saja. Karena jelas menjadi orang kaya itu 180 derajat berbanding terbalik dengan terlihat kaya.

Kamu bisa cari selebgram ‘pura-pura kaya’ yang cukup terkenal di internet seperti Byron Denthon. Ia sukses membuktikan kalau di zaman sekarang ini memang banyak orang yang terobsesi dengan kekayaan dan kemewahan.

Hingga kemudian ia ‘mempermalukan’ banyak orang dengan mengatakan apakah kebanyakan Selebgram merupakan orang-orang yang merangkak dari nol atau karena memalsukan kekayaan mereka sehingga menjadi benar-benar terkenal.

Jangan sampai nantinya kamu terobsesi menjadi orang-orang macam ini ya, hanya karena ingin diakui di lingkungan pertemanan dan berpura-pura kaya. Sehingga di dunia nyata justru kamu akan kehabisan uang untuk benar-benar hidup.

Tidak Memiliki Perencanaan Keuangan yang Matang

perencanaan keuangan

Kalau yang satu ini sih barangkali bukan hanya menimpa generasi muda Indonesia saja, melainkan banyak menimpa kalangan om-om dan tante-tante kita. Karena memang kecenderungannya orang Indonesia malas membuat perencanaan budget yang matang.

Padahal di era digital nan informatif seperti saat ini kamu sudah bisa mendapatkan banyak informasi mengenai cara membuat perencanaan keuangan dengan baik dan benar loh, bahkan banyak ahli yang membagikan info tersebut secara cuma-cuma.

Kalau nantinya kamu masih malas juga, bahkan banyak apps di apsstore maupun playstore yang membagikan aplikasi keuangan secara gratis loh. Nah sekarang tinggal apakah kamu benar mau memanfaatkan previlege yang ada atau tidak.

Lebih jauh lagi, percaya atau tidak kalau menulis jurnal keuangan dan perencanaan keuangan yang matang merupakan satu langkah awal penting menuju kontrol penuh atas keuangan diri dan keluargamu nantinya.

Orang yang memiliki jurnal keuangan harian biasanya akan lebih disiplin terhadap pengeluaran dan pemasukan mereka setiap harinya. Begitu pula dirimu, meski di awal berat namun pasti kamu akan merasakan manfaatnya di masa mendatang.

Tidak Mempersiapkan Dana Darurat

Persiapan Dana Darurat

Dana darurat merupakan salah satu dana yang seringkali dilupakan oleh para milenials. Apalagi bagi milenials yang baru mendapatkan uang sendiri, biasanya sih mereka cenderung lupa untuk menyiapkan dana-dana semacam ini.

Alasannya karena kebutuhan dan keinginan mereka yang cukup tinggi, dan barangkali banyak milenials yang merasa aman dengan masa depan mereka. Mulai dari kesehatan, pendidikan, hingga kejadian-kejadian darurat yang mungkin saja menimpa di masa mendatang.

Apalagi bagi kamu yang sudah memiliki tabungan hari tua, banyak yang justru lupa menyiapkan dana darurat. Alasannya lagi-lagi karena merasa aman sudah memiliki dana atau tabungan hari tua.

Padahal apabila kamu sudah mempersiapkan dana darurat milikmu sendiri, maka kamu tidak perlu mengambil uang di dalam tabungan hari tua. Apalagi bila terjadi sesuatu yang membutuhkan uang secara mendadak, misalnya bila perusahaan tempatmu bekerja tiba-tiba ditutup.

Lalu berapa banyak sih sebenarnya uang darurat yang harus disimpan? Sebenarnya ada banyak cara menghitung dana darurat yang perlu disiapkan, namun kami menyarankan kamu setidaknya memiliki dana darurat sebesar 3 kali biaya bulananmu.

Adapun bila kamu sudah berkeluarga maka dana darurat yang harus ada di dalam tabunganmu adalah 6 kali biaya bulananmu. Lebih jauh lagi bila pekerjaanmu memiliki risiko tinggi untuk terjadinya turnover atau pemecatan, maka kamu harus mempersiapkan dana darurat sebanyak 12 kali biaya bulananmu.

Perlu diingat pula untuk menyimpan dana darurat, kamu tidak boleh memilih saham ataupun tempat-tempat investasi dimana kamu akan sulit menarik dana tersebut bila terjadi kejadian darurat. Mudahnya kamu bisa menyimpan di tempat-tempat dengan risiko rendah, bagi kamu untuk kehilangan dana tersebut.

Tidak Berasuransi dan Menyiapkan Dana Masa Depan

igd yang bagus

Hal yang satu ini juga masih menjadi perdebatan, mulai dari apakah asuransi itu perlu hingga halal dan haram asuransi. Nah, hal tersebut lah yang kemudian menyebabkan para generasi muda menjadi malas untuk berasuransi.

Padahal saat ini sudah banyak perusahaan asuransi mancanegara yang menerapkan sistem syariahnya. Sebut saja Allianz Syariah, Prudential Syariah, AXA Syariah, Manulife Syariah, dan masih banyak lagi yang bisa kamu pilih.

Bila kamu masih juga ragu dengan asuransi syariah semacam itu, kamu bisa bergabung dengan BPJS yang jelas-jelas sudah diberikan label halal oleh MUI ataupun menggunakan Takaful yang memang 'asuransi' syariah yang cukup besar di Indonesia.

Selain tidak menggunakan asuransi, salah satu kesalahan generasi muda saat ini adalah lupa menyiapkan tabungan masa depan. Tabungan masa depan yang kami maksud adalah uang sekolah anak, atau bahkan uang sekolah mastermu di masa mendatang.

Hal ini juga sangat wajar terjadi. Selain kecenderungan generasi muda yang lebih senang 'anti-anti gelar', banyak pula anggapan mudahnya mencari uang di era digital membuat para generasi muda lebih malas menyiapkan hal ini.

Apabila kamu memiliki multiple income stream tentu hal tersebut merupakan hal yang baik. Tapi tidak ada salahnya juga menyiapkan dana masa depan, misalnya dana pendidikan, dana naik haji, dan semacamnya.

Penutup

Meski tampak sulit tapi percayalah bila kamu sabar dan mau menghindari beberapa kebiasaan jelek ini, maka kamu akan menghindari masalah keuangan di masa mendatang. Tapi memang untuk mengubah suatu kebiasaan tentu saja kamu membutuhkan konsistensi dan waktu yang cukup.

Selain itu bila kamu memang berjiwa bisnis, kamu juga bisa loh mencoba berbagai bisnis yang saat ini menurut kami relatif mudah dilakukan, mulai dari dropshipper, reseller, bisnis makanan, franchise, dan masih banyak lagi.

Semangat!

Tags