Menjadi seorang dokter merupakan cita-cita dan impian bagi banyak orang, tentunya dengan berbagai macam alasan. Passion, kepuasan di dalam mengobati banyak orang, hingga tentu saja karena dokter dianggap sebagai salah satu pekerjaan dengan pendapatan yang fantastis.
Gambaran kehidupan dokter yang mapan dan berkecukupan inilah yang kemudian membuat banyak orang bermimpi untuk menjadi dokter. Bahkan tidak sedikit orang tua yang ingin anak-anak mereka untuk menjadi seorang dokter.
Bukan tidak mungkin kamu yang sedang membaca artikel ini pun sedang bermimpi menjadi seorang dokter. Nah kami akan coba bahas sebenarnya berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk menjadi seorang dokter dan berapa pendapatan dokter di Indonesia.
Untuk itulah kami disini, meluruskan pandangan Anda para pembaca ataupun para orang tua yang berharap anak-anaknya menjadi dokter sukses yang berpenghasilan layaknya youtuber terkenal!
Sebelum kami membahas berapa penghasilan seorang dokter di Indonesia, memang ada baiknya untuk melihat jenjang karir, serta pilihan karir bagi seorang dokter di Indonesia yang barangkali tidak bisa dibandingkan dengan apa yang kamu lihat di serial televisi.
Sarjana Kedokteran dan Profesi – seorang mahasiswa kedokteran diizinkan untuk menghentikan perkuliahan mereka di jenjang sarjana kedokteran (S,Ked). Akan tetapi memang gelar yang didapat ini di Indonesia belum lazim digunakan banyak orang.
Ketika jenjang karirmu berhenti di sarjana kedokteran maka kamu tidak akan bisa berpraktik dan menghadapi pasien. Adapun pilihan karir selanjutnya adalah melanjutkan sekolah ke jenjang S2 ataupun langsung bekerja.
Beberapa jenjang karir yang bisa ditempuh dengan sekolah S2 pasca menjadi sarjana kedokteran misalnya Magister Biomedik, Magister Ilmu Gizi Klinik, Magister Kesehatan Masyarakat, Magister Ilmu Gizi Masyarakat, Magister Sains, dan semacamnya.
Untuk yang satu ini rentang penghasilannya kemudian sangat lebar, namun pilihan karir setelahnya kebanyakan adalah menjadi PNS, menjadi konsultan (jarang), dan menjadi seorang peneliti.
Adapun pendapatan dari jenjang karir ini di awal-awal setelah selesai adalah antara Rp 3.000.000,- hingga Rp 10.000.000,- Di luar itu bisa-bisa saja seorang sarjana kedokteran membuat usaha sebagai konsultan kesehatan mandiri, misalnya sebagai konsultan di masa pandemi seperti ini.
Namun tentu untuk menjadi konsultan Kesehatan dibutuhkan kursus-kursus tambahan, ataupun gelar master di bidang Kesehatan masyarakat. Pendapatannya, boleh jadi lebih dari Rp 10.000.000,- per bulannya.
Dokter Internship – apabila seorang sarjana kedokteran melanjutkan karirnya ke profesi dokter. Maka setelah lulus dokter tersebut pun tidak bisa langsung praktik secara mandiri, melainkan harus menjadi seorang dokter internship.
Dokter internship memiliki wewenang dan kewajiban selayaknya dokter umum yang sudah praktik mandiri. Akan tetapi dalam kesehariannya masih bekerja di bawah supervise seorang dokter umum yang sudah praktik mandiri atau “lulus internship”.
Adapun pendapatan bulanan dari seorang dokter internship rata-rata adalah Rp 3.150.000,- yang masih harus dipotong pajak. Namun memang di beberapa rumah sakit daerah pendapatannya bisa lebih dari itu.
Bila menghitung bonus yang diterima seorang dokter internship di rumah sakit di daerah luar pulau Jawa, dalam sebulannya mereka bisa mengantongi uang mulai dari Rp 3.150.000,- hingga Rp 10.000.000,- Namun tentu saja mayoritas mendapatkan batas bawah.
Adapun jenjang karir tahap pertama ini harus dilalui seorang dokter intership selama minimal 1 tahun. Periode masa internship bisa diperpanjang apabila terjadi hal-hal yang tentu harus disetujui oleh Dinas Kesehatan setempat dan Panitia Internship Dokter Indonesia.
Dokter umum praktik – setelah seorang dokter internship lulus maka ia diizinkan untuk menjadi seorang dokter umum. Adapun pilihan karir seorang dokter umum yang berpraktik, serta penghasilannya adalah sebagai berikut ini:
Salah satu yang perlu diingat dari pendapatan bulanan seorang dokter adalah, penghasilan ini bisa berlipat-lipat bila mereka memiliki lebih dari 1 tempat praktik. Sejauh ini di Indonesia sendiri seorang dokter diizinkan untuk bekerja maksimal di 3 tempat praktik.
Lebih dari itu maka surat izin praktik tidak akan bisa dikeluarkan, kecuali ia mencabut satu surat izin praktik di tempat lainnya.
Selain itu yang perlu kamu ingat, angka ini semakin besar seiring dengan bertambahnya pengalaman dan ilmu dari dokter tersebut. Adapun dokter umum baru lulus kebanyakan mendapatkan Rp 3.000.000,- hingga Rp 8.000.000,- per bulannya, setidaknya dalam 5 tahun pertama karir mereka.
Dokter umum dengan keahlian khusus – salah satu jenjang karir yang sebenarnya tidak terlalu populer. Hal ini lantaran jenjangnya yang stuck alias berhenti di sana, meski memang bergaji cukup tinggi.
Beberapa dokter umum dengan keahlian khusus boleh dikatakan sebagai dokter umum yang mengambil kursus tambahan untuk melengkapi kompetensinya. Misalnya dokter umum perusahaan, dokter umum kecantikan, dokter umum akupuntur, dan semacamnya.
Rentang gajinya cukup lebar, namun salah satu yang tertinggi misalnya menjadi dokter umum di perusahaan perminyakan. Biasanya digaji dengan sistem rooster 2 minggu kerja – 2 minggu libur, dengan take home pay Rp 20.000.000,- hingga Rp 40.000.000,- per bulannya.
Dokter birokrat – salah satu jenjang karir yang cukup diminati di Indonesia adalah menjadi seorang birokrat. Biasanya dokter umum yang menjadi birokrat memiliki goal menjadi seorang direktur rumah sakit baik swasta ataupun rumah sakit milik pemerintah.
Untuk seorang dokter yang masih memiliki jabatan staff, supervisor, ataupun manager tingkat menengah pendapatan bulanan yang didapatkan berkisar antara Rp 10.000.000,- hingga Rp 20.000.000,- per bulannya.
Adapun bila sudah menjadi manajer rumah sakit, rentangnya sangat jauh. Bergantung dari tipe rumah sakit (A, B, C, D), swasta atau negeri, dan tentu saja performa rumah sakit. Namun rentangnya mulai dari Rp 40.000.000,- hingga Rp 100.000.000,- ke atas.
Dokter spesialis – merupakan salah satu jenjang karir yang paling diminati oleh seorang dokter umum praktik di Indonesia. Namun sayangnya kesempatan menjadi seorang dokter spesialis sebenarnya sangatlah kecil.
Nah hal ini barangkali bisa menjadi salah satu pertimbangan bagi kamu yang ingin berkarir sebagai dokter, apabila memang alasannya adalah uang dan bukan panggilan jiwa. Percayalah jalan untuk menjadi kaya sebagai dokter sangatlah berat.
Adapun rentang gaji dari seorang dokter spesialis tentu saja sangatlah beragam, berbeda berdasarkan spesialisasi yang diambil, tempat kerja, jumlah pasien di tempat kerja, hingga pengalaman kerja.
Akan tetapi rata-rata seorang spesialis paling sedikit mendapatkan Rp 20.000.000,- hingga Rp 30.000.000,- di dalam satu bulan. Sementara untuk jumlah paling banyak memang tidak ada yang tahu pasti.
Namun menurut beberapa sumber yang kami dapatkan ada beberapa spesialis yang bisa mendapatkan pendapatan hingga lebih dari Rp 2 miliar dalam satu bulan praktik saja. Namun tentu jumlah itu didapatkan setelah bekerja di lebih dari 1 rumah sakit.
Meski demikian memang salah satu keistimewaan dari dokter spesialis adalah memiliki gaji yang disebut dengan uang duduk. Dimana bila dalam sebulan ia tidak mendapatkan pasien, ia akan tetap digaji oleh rumah sakit.
Besaran gaji dari uang duduk ini pun sangat bergantung dari rumah sakit tempatnya bekerja, hingga jumlah dokter spesialis yang sama di satu wilayah tempatnya bekerja hingga satu provinsi misalnya.
Lagi, menurut sumber langsung yang kami wawancarai bahkan ada satu rumah sakit di daerah Sumatera yang pernah menawarkannya uang duduk sebesar 50 juta rupiah per bulannya. Namun memang yang bersangkutan saat itu satu-satunya dokter spesialis bedah jantung di provinsi tersebut.
Besar? Namun perjuangan beliau menjadi spesialis yang sangat spesifik tersebut membutuhkan waktu sekolah dokter selama tidak kurang dari 6 tahun dokter umum, 1 tahun dokter internship, 5 tahun Pendidikan spesialis, 2 tahun magang untuk memenuhi syarat jam operasi.
Dokter Peneliti – salah satu pekerjaan yang belakangan cukup populer di kalangan dokter adalah menjadi seorang dokter yang khusus meneliti saja. Bisa melalui Pendidikan dokter umum, ataupun mengambil master di bidang sains dan/atau biomedik, dan semacamnya.
Untuk pendapatan seorang peneliti sejauh yang kami ketahui rentangnya jauh lebih variatif. Khususnya bila membandingkan peneliti yang memiliki banyak project dengan peneliti yang berfokus pada satu atau dua project.
Selain itu bisa pula ditinjau dari siapa sponsor penelitian tersebut. Umumnya sponsor penelitian dalam negeri (Kemendikbud, LPDP, dan sebagainya) tidak memberikan dana hibah penelitian sebanyak sponsor dari luar negeri.
Perbandingannya bisa ratusan juta hingga miliaran rupiah. Namun perlu diingat bahwa uang penelitian ini bisa digunakan hanya untuk hal-hal yang berhubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan.
Disamping mendapatkan gaji pokok, nanti para dokter peneliti yang menjadi peneliti utama dari suatu project kemudian bisa menentukan ketika penelitian sudah selesai. Untuk dana tersebut dibagi-bagikan porsinya kepada seluruh tim penelitian.
Nah biasanya bila peneliti cukup baik memanage keuangan, dan bila penelitian berjalan dengan sangat mulus maka dana sisa penelitian inilah yang bisa memberikan pendapatan lebih bagi mereka.
Adalah suatu anggapan yang umum bahwa uang yang harus dikeluarkan orang tua agar anak-anaknya bisa menjadi dokter adalah uang yang sangat besar. Bisa dimengerti mengingat banyaknya kampus-kampus mendirikan sekolah kedokteran bertaraf internasional.
Meski demikian perlu diperhatikan pula, dimana para orang tua tersebut kelak ingin menyekolahkan anak-anaknya untuk menjadi dokter. Karena anggapan tersebut saat ini terbantahkan dengan banyaknya sekolah negeri yang masih bertarif murah.
Di bawah ini misalnya ada beberapa biaya kuliah kedokteran di universitas negeri ternama di Indonesia tahun 2019 2020 ini:
UKT sendiri merupakan singkatan dari Uang Kuliah Tunggal yang merupakan biaya yang harus dibayarkan mahasiswa di awal semester. Dengan sistem UKT inilah kemudian mengapa uang pangkal, uang gedung, dan tetek bengek lainnya bisa dihapuskan dari pendidikan di perguruan tinggi, termasuk sekolah dokter.
Dengan rata-rata kuliah kedokteran selama 10 semester hingga 12 semester, bergantung dari kampus masing-masing, maka Anda bisa perkirakan bukan berapa biaya yang harus Anda keluarkan nantinya.
Mungkin sebagian orang akan kaget bila melihat biaya yang harus dikeluarkan untuk sekolah kedokteran di 10 kampus top ten di Indonesia ini. Tapi inilah kenyataannya, bila Anda sukses masuk ke kampus tersebut maka Anda bisa bersekolah dokter dengan murah.
Alasan dari murahnya biaya sekolah kedokteran di kampus negeri tentu saja karena subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk para calon dokter negeri ini sangatlah besar. Berbeda halnya dengan biaya sekolah dokter di Universitas Swasta.
Anda yang masuk ke universitas swasta biasanya diharuskan membayar uang pangkal sejumlah Rp100.000.000,- hingga Rp350.000.000,- dan biaya semester yang bervariasi. Namun rata-rata mencapai angka puluhan juta rupiah!
Inilah yang kemudian membuat banyak orang beranggapan bahwa sekolah dokter mahal. Padahal jika sanggup masuk ke kampus-kampus negeri yang terkenal amat sulit, tanpa mengecilkan nilai kampus swasta, tentu Anda bisa mendapatkan rewards berupa biaya kuliah yang murah.
Setelah mengetahui berapa masing-masing biaya yang harus dikeluarkan untuk menjadi seorang dokter, Anda juga harus tau apa saja hal yang harus dilalui seorang calon dokter untuk kemudian bisa bekerja sebagai seorang dokter.
Ada beberapa tahap yang pasti dilalui oleh dokter-dokter di Indonesia. Singkatnya tahapan-tahapan tersebut kira-kira seperti ini:
Dari sini terlihat kan, untuk sampai ke tahapan spesialis (yang katanya tajir) seorang dokter minimal membutuhkan waktu 9 tahun, dengan asumsi ia sekolah di kampus yang periodenya hanya 4,5 tahun ditambah 1 tahun internship dan 3,5 tahun sekolah spesialis.
Kombinasi yang amat jarang, karena rata-rata sekolah dokter spesialis mewajibkan pelamarnya untuk memiliki pengalaman kerja diluar internship selama 1-2 tahun. Dengan kata lain ada kemungkinan seseorang baru bisa menjadi dokter spesialis selama 6 tahun sekolah ditambah 1 tahun internship ditambah 2 tahun kerja dan 5,5 tahun sekolah spesialis, yakni 14,5 tahun.
Nah apabila seorang dokter ingin menjadi dokter subspesialis maka ia harus menambah sekolah selama 2-3 tahun. Artinya untuk mencapai puncak karir, seorang dokter bisa saja bersekolah selama 17,5 tahun!
Kejutannya belum berakhir disana, karena untuk sampai ke 17,5 tahun itu Anda sama sekali tidak mendapatkan penghasilan sepeserpun kecuali selama 1 tahun internship dan 2 tahun kerja. Percaya atau tidak seorang dokter baru lulus yang minim pengalaman rata-rata memiliki pendapatan Rp3.000.000 – Rp6.000.000 saja per bulannya.
Bahkan di bulan Januari IDI pernah melontarkan pernyataan bahwa 83% gaji dokter umum masih di bawah standar rekomendasi mereka yakni sebesar Rp12,5.000.000 per bulan. Artinya 83% bergaji di bawah itu.
Wah wah kalau gini masih mau jadi dokter? Nah tapi jangan berkecil hati dulu ya, saatnya kita membahas gaji dokter spesialis yang barangkali bisa menyalakan semangat Anda kembali!
Setelah melihat pengorbanan seorang dokter yang luar biasa besar, baik investasi waktu tenaga dan uang, tentu Anda harusnya bisa memahami mengapa pendapatan seorang dokter spesialis juga luar biasa besar.
Kalau dibilang balas budi sih sepertinya tidak juga, karena hal yang dilakukan dokter spesialis amatlah kompleks dan amat sedikit orang yang memiliki keterampilan layaknya dokter spesialis. Jadi sah sah saja dong kalau mereka memiliki penghasilan tinggi.
Tapi memang berapa sih gaji dokter spesialis itu?
Nah memang agak sulit mendapatkan data yang akurat mengenai gaji dokter di Indonesia, yah jelas karena selain tabu pekerjaan dokter ibarat konsultan, yakni dibayar sesuai dengan beban kerjanya selama satu bulan.
Ibaratnya dokter bedah saraf yang terkenal paling mahal, kalau hanya mengerjakan 1 operasi kecil selama satu bulan tentu saja bisa kalah penghasilannya dengan dokter non bedah yang praktek setiap hari di 2-3 tempat.
Namun menurut salah seorang sumber kami secara umum memang pendapatan dokter bedah bisa dibilang lebih besar, dan bahkan jauh lebih besar dari dokter-dokter non bedah. Dokter bedah sendiri bisa diartikan sebagai dokter-dokter yang “memegang pisau bedah” dalam praktiknya.
Nah menurut penggolongan inilah kemudian mengapa dokter THT, dokter mata, hingga dokter kandungan tergolong ke dokter-dokter bedah. Eh tapi jangan salah kaprah ya, penggolongan ini semata-mata kami buat untuk bicara soal gaji dokter di Indonesia.
Masih menurut sumber yang sama, di DKI Jakarta seorang dokter spesialis (apapun) memiliki rentang gaji Rp20 juta hingga Rp2-3 miliar per bulannya. Tentu saja semakin ke kanan, biasanya akan condong mengarah ke dokter-dokter bedah.
Namun ia sendiri tidak mamu membukanya secara pasti berapa nilai pendapatan masing-masing dokter spesialis. Yang jelas untuk dokter non bedah, menurutnya salah satu yang berpenghasilan paling tinggi adalah dokter Jantung dengan rata-rata bisa menyentuh Rp100-300 juta per bulannya.
Sementara menurut salah seorang sumber yang lain, seorang dokter bedah tumor misalnya bisa dibayar sekitar Rp50.000.000 per operasi besar dan Rp10-15 juta per operasi kecil. Menurutnya dengan rata-rata sehari mengerjakan 1-2 operasi besar dan 1 operasi kecil, rata-rata pendapatan seorang dokter bedah tumor adalah Rp110-120 juta per harinya.
Meski demikian gaji besar tersebut umumnya didapatkan di rumah sakit swasta. Di beberapa RSUD, misalnya di RSUD Dayaku Raja Kaltim, seorang dokter kandungan digaji Rp70 juta per bulan, dokter anestesi sebesar Rp50 juta per bulan, dan dokter anak sebesar Rp55 juta.
Soal gaji dokter ini, memang sulit mendapatkan informasinya. Informasi yang kami dapatkan pun meski dari sumber-sumber langsung, tidak pernah menemukan angka yang pasti. Meski demikian boleh lah kalau dibilang gaji dokter spesialis di Indonesia cukup besar.
Namun mengingat investasi waktu tenaga dan uang yang sangat besar untuk mencapai ke titik tersebut, tentu amat layak jika seorang dokter spesialis mendapatkan uang sebesar itu.