Skip to content

Sepuluh Faktor Penentu Gagal atau Sukses Sebuah Bisnis

featured-img

Di masa yang serba praktis seperti saat ini, banyak orang memilih mencari pendapatan sampingan dari berbisnis. Mulai dari mahasiswa, pelajar SMA, hingga pekerja kantoran yang memilih memulai bisnis pertama mereka untuk sumber penghasilan lain.

Sayangnya banyak orang yang mulai berbisnis dan menjadi entrepreneur bermodalkan nekat saja. Apalagi para pekerja yang memiliki relatif banyak tabungan, seringkali mereka maju berbisnis dengan uang banyak namun minim ilmu.

Hasilnya? Tentu saja mudah ditebak, kegagalan.

Hal ini semata-mata disebabkan kelalaian para pebisnis pemula dalam mempelajari faktor penentu gagal atau sukses sebuah bisnis. Mungkin pada satu atau dua aspek mereka berhasil mengatasinya, tapi mungkin di banyak aspek mereka lalai memperhatikannya.

Kami coba rangkum beberapa faktor yang memengaruhi keberhasilan dan kegagalan sebuah bisnis, supaya kamu yang ingin terjun ke dunia bisnis memiliki kesempatan sukses yang lebih besar!

Buat kamu yang calon pebisnis, ini dia sumber inspirasi kamu:

Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan Transformasional

Bagi kamu yang belum pernah mendengar istilah ini, kita mulai dari definisi yuk. Kepemimpinan transformasional adalah gaya kepemimpinan dimana pemimpin mengidentifikasi perubahan, membuat visi untuk berubah, serta turut serta berkomitmen mengubah hal tersebut bersama anggota kelompok.

Konsep kepemimpinan transformasional ini pertama kali diperkenalkan oleh James V. Downtown dan kemudian konsep ini disempurnakan oleh James MacGregor Burns.

Inti dari kepemimpinan transformasional menurut Burns adalah dimana pemimpin mampu menggiring SDM ke arah pengembangan organisasi, peningkatan sensitivitas pembinaan, pengembangan visi bersama, hingga pembagian kewenangan kepemimpinan.

‘Lawan’ dari kepemimpinan transformasional adalah kepimiminan transaksional. Dalam konsep kepemimpinan transformasional pemimpin harus turut serta terlibat dalam mengubah arah tim, dengan contoh, kemampuan, serta perilakunya.

Sementara kepemimpinan transaksional merupakan kepemimpinan yang menuntut pelakunya untuk mendorong para bawahannya untuk bekerja, yang kemudian akan diberikan sumberdaya dan penghargaan sebagai imbalan demi tercapainya tujuan.

Menurut psikolog Bernard Bass, empat kunci kepemimpinan transformasional adalah:

  1. Pengaruh Ideal Seorang Pemimpin; seorang pemimpin transformasional wajib hukumnya berlaku sebagai role model dan memiliki kepribadian yang kharismatik sehingga orang lain tertarik untuk mengikutinya. Pengaruh ideal dapat dicontohkan melalui kemauan seorang pemimpin mengambil risiko, mengikuti nilai-nilai inti perusahaan, serta melibatkan prinsip etik dalam setiap langkah yang ia ambil. Dengan cara inilah kemudian para pemimpin menumbuhkan kepercayaan dari para bawahannya.
  2. Kemampuan Motivasi dan Menginspirasi; kemampuan ini erat hubungannya dengan kemampuan pemimpin untuk memberikan kepercayaan diri serta motivasi kepada para bawahannya. Untuk mencapai hal tersebut tentu seorang pemimpin transformasional wajib memiliki kemamapuan komunikasi di atas rata-rata, selain itu ia wajib memiliki sifat optimis, antusiasme, dan kemampuan untuk melihat hal positif dari berbagai masalah.
  3. Stimulasi Intelektual dan Kreativitas; seorang pemimpin transformasional harus mampu meningkatkan level dari bawahannya. Salah satu caranya adalah melibatkan para bawahan di dalam proses pengambilan keputusan serta memaksimalkan potensi bawahan sehingga bisa menjadi kreatif dan inovatif dalam memecahkan masalah di dalam perusahaan.
  4. Kemampuan Melihat Orang Per Orang dalam Tim; komponen kunci keempat dari seorang pemimpin transisional adalah kemampuannya melihat bawahan sebagai orang per orang. Artinya pemimpin tersebut mampu menganalisa kebutuhan dan kemampuan masing-masing bawahannya. Dari sanalah kemudian ia bisa memaksimalkan potensi serta memberikan kepercayaan diri bagi bawahannya. Salah satu sistem yang lazim digunakan terkait hal ini misalnya adalah one on one coaching dan one on one mentoring.

Berhubung pembahasan kepemimpinan transformasional merupakan bahasan yang cukup panjang, kamu yang tertarik lebih jauh boleh membaca beberapa buku rekomendasi kami berikut ini:

  1. Leadership, penulis James MacGregor Burns
  2. Transformational Leadership, penulis Bernard M. Bass
  3. Leading in Complex Worlds, penulis Joann Danelo Barbour

Visi Perusahaan yang Jelas

orang lagi nunjuk

Selain pemimipin yang baik, bisnis yang baik juga memerlukan visi yang terdefinisi dengan baik. Hal ini amat erat kaitannya dengan tujuan perusahaan dan tentu saja performa dan aktivitas harian dari perusahaan.

Dengan visi yang jelas dan terdefinisi, para bawahan akan mampu bekerja dengan satu tujuan. Tujuan itu pun kemudian diharapkan akan selaras dengan tujuan yang telah ditentukan para manajer dan atasan di perusahaan.

Lagipula terlepas dari apapun bentuk kepemimpinannya, seluruh teori tersebut pasti menyebutkan visi yang baik sebagai salah satu kunci dari perusahaan dan bisnis yang sehat pula. Jadi tidak ada alasan untuk menyepelekan visi suatu perusahaan.

Pengetahuan yang Sesuai dengan Bisnis yang Dijalani

Faktor ketiga yang menentukan gagal atau suksesnya suatu bisnis adalah pengetahuan dari si pelaku bisnis terhadap bisnis yang ia jalani. Pengetahuan ini meliputi pengalaman, kemampuan, hingga masukan-masukan dari ahli yang seluruhnya berguna bagi bisnismu.

Jenis-jenis pengetahuan di dalam bisnis yang bisa kamu dalami adalah:

  1. Pengetahuan tersembunyi; yang merupakan intuisi seseorang terhadap aktivitasnya di dalam berbisnis. Intuisi ini biasanya didapatkan setelah seseorang menekuni bisnis dalam waktu yang lama. Pengetahuan macam inilah yang biasanya dipandang oleh awam sebagai “bakat bisnis” seseorang yang sudah sukses di dalam dunia bisnis. Padahal orang tersebut mendapatkan “bakat bisnis” ini dalam waktu yang amat panjang. Ciri khas dari pengetahuan ini adalah bahwa pengetahuan jenis ini amat sulit bahkan nyaris tidak mungkin diajarkan oleh seseorang kepada orang lain.
  2. Pengetahuan eksplisit; merupakan pengetahuan umum yang bisa dicatat di sebagai dokumen atau basis data dan dapat diolah dan dianalisis. Misalnya kemampuan seputar hal yang akan kamu jual, bagaimana kamu mendapatkan distributor bahan mentah, bagaimana kamu akan menyimpan barang daganganmu, serta ilmu-ilmu marketing dan selling.
  3. Pengetahuan yang ditanamkan; merupakan kemampuan yang harus dipelajari perlahan-lahan dan akan terus berkembang seiring dengan pengalaman bisnismu. Berbeda dengan intuisi yang sulit diajarkan kepada orang lain, pengetahuan yang ditanamkan bisa diajarkan kepada orang lain. Contoh dari pengetahuan jenis ini misalnya SOP perusahaan, codes of conduct, hingga kode etik organisasi.

Dari ketiga hal di atas, kamu harus banyak-banyak fokus kepada pengetahuan eksplisit dan tentu saja pengetahuan yang ditanamkan.

Kita bisa ambil contoh misalnya bila kamu ingin menekuni bisnis roti bakar. Maka dari aspek pengetahuan eksplisit kamu wajib memahami bahan-bahan dasar, dimana harus mencari supplier, bagaimana cara mengolah roti bakar yang baik, bagaimana cara melakukan branding dan marketing, dan semacamnya.

Dari aspek pengetahuan yang ditanamkan kamu bisa membuat aturan khusus bagi para karyawan, standar operasional di dapur, serta kode etik perusahaanmu. Butuh waktu lama namun bila berhasil mengajarkannya dijamin bisnismu akan tokcer.

Business Plan yang Detil

contoh business plan

Salah satu kesalahan dari pelaku bisnis pemula adalah tidak membuat business plan. Alasannya bisa karena tidak tahu atau malas, dan tentu saja yang lebih sering ditemui adalah karena kemalasan. Malas untuk belajar, dan malas untuk membuatnya.

Padahal membuat business plan yang komprehensif membantu kamu melihat gambaran besar dari bisnis yang akan kamu jalani. Sehingga kemudian kamu bisa membuat strategi secara lebih detil untuk mencapai tujuan perusahaanmu.

Beberapa komponen penting dari business plan adalah”

  1. Ringkasan bisnismu secara menyeluruh.
  2. Deskripsi perusahaan dan apa-apa yang kamu kerjakan di dalam perusahaanmu.
  3. Analisis pasar.
  4. Struktur organisasi serta manajemen perusahaan.
  5. Penjelasan mengenai jasa ataupun produk yang kamu tawarkan.
  6. Rincian pendanaan.
  7. Proyeksi finansial, biasanya ditulis dalam bentuk balance sheets.

Sementara itu untuk membuat business plan yang baik, kamu bisa mengikuti 7 langkah di bawah ini:

  1. Riset Menyeluruh; dengan melakukan riset produk, pasar, dan tujuan, kamu sudah menjalani setengah dari bisnismu. Kamu harus mengetahui 1000% mengenai produk yang akan kamu jual, perusahaanmu, kompetitormu, hingga target pasar dari produkmu. Banyak-banyaklah mendengarkan konsumenmu untuk melakukan evaluasi, dan banyak-banyaklah membaca untuk menyempurnakan bisnismu.
  2. Tentukan tujuan business plan mu; ada beberapa tujuan penting dari pembuatan business plan, yakni untuk menarik investor, membuat road map perusahaan, hingga tujuan perencanaan perusahaan.
  3. Buat profil perusahaan; profil perusahaan (Compro) merupakan salah satu komponen penting yang berisi sejarah perusahaan, produk yang kamu tawarkan, target pasar, sumber daya perusahaan, cara perusahaan menyelesaikan masalah, dan apa yang membuat perusahaanmu berbeda dengan perusahaan orang lain yang bergerak di dalam bisnis yang sama.
  4. Catat seluruh aspek penting di dalam bisnis; aspek ini mencakup cash flow, proyeksi perusahaan, hingga strategi perusahaan dan portofolio.
  5. Sertakan rencana pemasaran strategis yang mencakup tujuan-tujuan pemasaran.
  6. Buatlah sefleksibel mungkin; karena pembaca business plan mu bisa bervariasi mulai dari karyawan, banker, hingga venture capitalists. Buatlah sefleksibel mungkin hingga seluruh orang ini bisa ‘membaca’ business plan
  7. Jelaskan bahwa kamu senang dengan apa yang kamu lakukan; wajib hukumnya bagi pebisnis untuk tampak bersemangat dan tertarik dengan bisnis yang kamu jalani.

Melakukan Analisis Kompetitor

Analisis kompetitor tidaklah semudah kamu mencari pebisnis lain yang bekerja di bidang serupa dengan apa yang kamu kerjakan. Melainkan kamu harus menganalisisnya secara lebih mendalam dengan membaginya menjadi tiga jenis:

  1. Kompetitor langsung dimana perusahaan kompetitor tersebut melakukan hal yang serupa dengan yang kamu lakukan. Misalnya antara martabak Pecenongan dengan Markobar.
  2. Kompetitor sekunder dimana perusahaan kompetitor tersebut melakukan hal yang berbeda namun dengan tujuan dan produk yang sama dengan yang kamu tawarkan. Misalnya Skype dan Zoom yang dimanfaatkan untuk konfrensi video dengan penerbangan kelas bisnis yang memiliki tujuan sama: rapat bisnis!
  3. Kompetitor indirek (tidak langsung) dimana kompetitor tersebut melakukan pekerjaan yang berbeda namun memiliki tujuan berlawanan dengan perusahaanmu. Misalnya perusahaan rokok dengan perusahaan kesehatan.

Nah sekarang kamu sudah tahu, coba kamu tulis masing-masing kompetitor dari perusahaanmu berdasarkan tiga jenis kompetitor di atas. Lalu analisislah apa yang mereka lakukan dan bagaimana cara mengatasi hal tersebut.

Kemampuan Finansial

Biar ‘dikata’ bisnis di zaman sekarang bisa dilakukan walaupun tanpa modal, terima kasih kepada internet, dropshipping, dan antek-anteknya. Tetap saja kemampuan finansial suatu perusahaan menjadi faktor penting yang bisa menentukan gagal atau suksesnya suatu bisnis.

Lihat saja perusahaan-perusahaan start up seperti Go Jek, Bukalapak, Tokopedia, hingga Grab. Seluruhnya memiliki investor-investor yang memberikan modal yang luar biasa besar. Bahkan Gojek menjadi perusahaan Decacorn pertama di Indonesia!

Tujuannya tentu saja untuk membuat perputaran bisnis semakin besar. Masih belum paham? Pertama-tama pahamilah bahwa esensi bisnis merupakan perputaran uang yang terus menerus, dan semakin lama semakin besar. Belum paham juga? Coba lihat contoh di bawah.

Misalnya kamu ingin membuat bisnis makanan ringan pertamamu, kamu diberikan modal Rp 1 juta rupiah. Kamu adalah pebisnis yang handal sehingga bisa meraup pemasukan kotor hingga 200% di akhir bulan. Kesimpulannya kamu akan mendapatkan Rp 2 juta di akhir bulan.

Dari Rp 2 juta tersebut kamu kemudian mengambil Rp 300 ribu untuk “makan” dirimu sendiri, dan sisanya kamu putar kembali. Dari Rp 1,7 juta kamu kembali meraup pemasukan kotor hingga 200% di akhir bulan sehingga di bulan kedua kamu mendapatkan Rp 3,4 juta. Begitu seterusnya.

Duitmu semakin bertambah bukan? Nah tapi bayangkan bila di awal kamu memiliki modal Rp 15 juta. Maka di akhir bulan pertama kamu sudah mengantongi Rp 30 juta, dan nyaris Rp 60 juta di akhir bulan kedua.

Apakah kamu masih berpendapat bahwa di zaman sekarang modal tidak begitu penting?

Menjaga Hubungan Baik dengan Konsumen

Komponen ketujuh yang menyebabkan suatu perusahaan bisa sukses dan bertahan lama adalah bagaimana suatu perusahaan mampu menjaga hubungan baik dengan perusahaannya. Barangkali hal macam ini tidak perlu dijelaskan bukan?

Tapi memang hal yang sulit adalah mempelajari strategi untuk menjaga hubungan baik tersebut, karena tentu saja mungkin ada banyak perbedaan diantara satu bisnis dengan bisnis lainnya, serta antara konsumen di satu bisnis dengan jenis konsumen di bisnis yang lain.

Namun yang pasti, ketika kamu mampu menjaga hubungan baik perusahaanmu dengan konsumenmu, sudah hampir 100% kamu mengarahkan perusahaanmu ke arah kesuksesan yang hakiki.

Pelajari Ilmu Rantai Pasok (Supply Chain)

chain supply

Ilmu rantai pasok merupakan salah satu ilmu penting yang (boleh dibilang) nyaris dilupakan sama sekali oleh para pebisnis pemula. Rata-rata pebisnis pemula terlalu fokus kepada branding, marketing, hingga manajemen perusahaan, namun melupakan rantai pasok.

Untuk memastikan rantai pasokmu berjalan dengan lancar, setidaknya ada 5 langkah yang bisa kamu lakukan:

  1. Gambarkan rantai pasokmu secara ‘gamblang’ di atas kertas, mulai dari supplier – toko – konsumen. Kemudian uraikan potensi masalah pada masing-masing komponen secara detil. Misalnya di komponen supplier kamu harus memahami seberapa baik respons dari supplier tersebut, siapa supplier dari supplier tersebut, hingga buatlah agar alur suplai dari supplier se-transparan mungkin.
  2. Analisis lingkungan dan konteks dari jaringan rantai pasokmu.
    1. Untuk melakukan analisis lingkungan bisnis, kamu bisa menggunakan PESTLE Analysis yang mencakup analisis politik, ekonomi, sosiologi, teknologi, legal, dan environtment (lingkungan). Pahami masing-masing trend atau kondisi yang sedang terjadi di masing-masing komponen tersebut yang bisa mempengaruhi alur rantai pasokmu (upstream dan downstream).
    2. Sementara untuk memahami konteks dari jaringan rantai pasokmu, kamu harus memperhitungkan seluruh faktor-faktor nonspesifik yang bisa menimbulkan risiko potensial ataupun justru kesempatan untukmu. Misalnya kebutuhan konsumen, alur informasi, kompleksitas produk, variasi produk yang telalu luas hingga tidak adanya standarisasi produk.
  3. Gunakan teknik hot spot analysis untuk memahami secara lebih detil mengenai jaringan rantai pasokmu.
  4. Lakukan analisa mendalam terhadap risiko dan kesempatan di dalam alur rantai pasokmu.
  5. Kembali ke gambaran besar rantai pasok, lakukan pemecahan masalah terhadap risiko potensial yang kamu temukan di dalam rantai pasokmu serta lakukan maksimalisasi usaha terhadap segala kesempatan yang kamu temukan di dalam rantai pasokmu.

Sulit memang, untuk itu pula kami menyarankanmu untuk mencari orang yang memang ahli di bidang ini. Selain itu kamu pun bisa membaca beberapa buku mengenai rantai pasok untuk kemudian kamu implementasikan di dalam bisnismu.

Tentukan Timing yang Tepat

Timing yang tepat maksudnya adalah waktu dimana kamu harus memulai atau menahan diri untuk terjun ke dalam suatu bisnis. Untuk menentukan timing ini pertama-tama lakukan analisis terhadap kondisi pasar dan ekonomi lokal.

Selain itu lakukanlah analisis terhadap kompetisi bisnis yang ingin kamu geluti, misalnya jika sudah terjadi bubling atau bleeding pada bisnis jilbab di areamu, ada baiknya kamu menahan diri terjun ke dalam bisnis itu.

Lebih spesifik lagi, kamu bisa melakukan analisis tren pasar secara statistik untuk menentukan perkembangan dan potensi bisnismu di masa mendatang. Dengan demikian kamu memiliki waktu yang pas kapan dan apa yang harus kamu lakukan dengan bisnismu.

Sistem Pengambilan Keputusan yang Baik

Selain kepemimpinan dan visi yang oke, perusahaan yang sehat wajib hukumnya memiliki sistem pengambilan keputusan yang baik. Beberapa langkah yang bisa ditiru untuk mencapai hal ini adalah:

  1. Jabarkanlah masalah yang ditemui secara mendetil dan satu persatu.
  2. Buatlah kerangka dan temukan akar dari permasalahan tersebut.
  3. Tentukan tujuan akhir dari permasalahan tersebut berdasarkan perspektif yang luas. Untuk itulah dibutuhkan keterlibatan berbagai departemen di dalam perusahaan untuk memberikan sudut pandang tentang masalah yang sedang dihadapi.
  4. Identifikasi dan buatlah pilihan-pilihan dalam penyelesaian masalah tersebut.
  5. Evaluasi satu persatu tentang pilihan penyelesaian masalah yang diajukan oleh berbagai pihak di dalam perusahaan.
  6. Lakukan analisa risiko terhadap pilihan penyelesaian masalah tersebut.
  7. Pilhlah pilihan yang terbaik.
  8. Implementasi penyelesaian masalah.
  9. Melakukan evaluasi setelah dilakukan penyelesaian masalah yang dipilih tersebut.
  10. Bila masih terdapat masalah, ulangi kembali langkah-langkah ini.

Rumit memang bila dilihat, namun bila kamu terbiasa melakukan pemecahan masalah dengan kerangka berpikir di atas maka kamu akan dengan mudah menyelesaikan berbagai masalah yang ditemukan oleh perusahaanmu.

‘Pintar’ dalam Memahami Aturan Pemerintah

Terakhir, ada satu komponen yang sering diabaikan oleh para pebisnis pemula. Kebijakan pemerintah adalah segalanya ketika kamu melakukan suatu bisnis. Karena bila bisnismu tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah, mau tak mau kamu mengubah arah atau malah menutup bisnismu.

Ada banyak cerita bisnis-bisnis yang sudah sukses mendadak hancur karena perubahan regulasi pemerintah mendadak yang tidak diimbangi oleh ke-fleksibel-an perusahaan tersebut. Akibatnya perusahaan menjadi stuck dan terpaksa gulung tikar.

Supaya tidak seperti ini, sudah sepatutnya para pemilik perusahaan belajar untuk memahami serta mematuhi segala aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah dimana perusahaannya berdiri.

Tags